Wednesday, July 26, 2017

Terkadang

terkadang suatu kondisi 
mengharuskan kita untuk 
sejenak berlaku sombong dan acuh 

Realitanya benar, dari pada ngurusin hidup orang, mengkritik orang, nyebarin gosip ini itu yang belum tentu benernya. lebih baik diam. banyak yang bilang kalo diam itu emas. nggak ada salahnya sombong dan acuh terhadap sekitar yang membawa banyak mudhorotnya. karena kita ya kita, dia ya dia, mereka ya mereka. hidup kita aja belum tentu bener. kenapa ngurusin hidup orang lain. toh kewajiban kita juga belum tuntas kenapa juga ngurusin kewajiban orang lain, kebiasaan orang lain, keburukan orang lain. Bermuka dua juga perlu tapi jangan sampe kita memperkeruh sekitar kita dan setidaknya menjaga keburukan untuk kebaikan itu perlu.

terkadang berkata kurang itu 
menjadi favorit dari pada 
selalu bersyukur

realitanya benar, tapi nggak ada untungnya berkata kurang. kalo kata kurang itu menimbulkan dompet tipis ya hindari lah, kalo kata kurangnya bikin kita iri jauhilah, kalo kata kurangnya bikin kita nggak sadar diri, itu parah. Tandanya nggak bersyukur atas pemberian tuhan. bersyukur itu nggak gampang. memang sepele, tapi terkadang kita lupa. boro- boro sering, kadang sehari aja nggak inget udah bersyukur apa belom. untuk mengantisipasinya setiap mau tidur. selipin tuh kata alhamdulillah. bangun tidur juga gitu. bersyukur. ya coba aja dari bangun sama mau tidur. ntar lama-lama juga terbiasa kok. karena sesuatu hal yang diulang selama waktu tertentu nanti akan jadi kebiasaan. jadi selama kita rutin nanti kebiasaan bersyukur pasti ada. bukannya mau sok bijak atau apa. tapi sekarang kita udah gede. jadi udah bisa nyimpulin sendiri. dan faktanya kita nggak pernah puas akan apa yang kita miliki. selalu kurang dan kurang. padahal di sekitar kita banyak yang ingin menjadi kita. orang jalan kaki, lihat orang naik sepeda jadi pengen beli sepeda. giliran kesampaian beli sepeda, lihat orang naik motor. jadi pingin beli motor. giliran udah kebeli juga pas motornya dibuat keliling - keliling kota panas, lihat orang naik mobil enak nggak kepanasan jadi pengen beli mobil. iya bener. emang kita kayak gitu. nggak pernah puas. tapi nggak pernah puas akan ilmu itu yang dianjurkan dan harus di capslock besar. so, ayo banyakin bersyukur.

terkadang tuhan memberi kita 
kebutuhan bukan keinginan

realitanya benar, terbuktikan kebutuhan tanpa kita minta juga datang dengan sendirinya. bersyukur dulu. dan kembali lagi kalo kita nggak pernah puas. makanya selalu ingin ini dan itu. dan keinginan itu belum sempet kesampaian. mungkin cara meminta kita salah. kita dianjurkan untuk selalu meminta kepada tuhan kita. iya benar, malah kalo kita nggak pernah minta itu berarti kita sombong. nggak ada yang dibutuhin. semua udah cukup. tapi banyak-banyak bersyukur juga. faktanya, saat kita berada di posisi rendah atau banyak masalah, banyak cobaan disaat itulah kita baru meminta tolong ke tuhan kita. apa dengan cara itu kita baru minta ke tuhan kita. apa kita minta gara-gara ada butuhnya doang. ya memang kita butuh. tapi apa cuma kalau lagi ditempa musibah. ya kali mau dikasih musibah berkali-kali. kan ya nggak juga. berdoalah diberi yang terbaik untuk kita. karena nggak semua yang kita inginkan itu yang terbaik untuk kita. tuhan memiliki rencana yang indah. dan selalu akan menjadi surprise untuk kita. Teruslah bersyukur 



almas
hasil kegabutan yang menjadi produktif. semoga ada part 2. aamiin

Sunday, March 19, 2017

Kamu

Jika boleh jujur, mengapa aku sama seperti yang lainnya
bersikap tanpa kendali, mungkin aku pernah jadi mereka
saat aku mulai mengenalmu, dan mulai bertanya akan kamu

kamu seperti labirin, dan aku terjebak di dalamnya
aku sama sekali harus menerka agar aku bisa tau siapa kamu
dari sekian banyak kamu, kamu itu berbeda
dan aku tidak bisa menyimpulkan apa-apa
aku mengaku bahwa aku kalah, kalah untuk bisa memahamimu
hingga aku harus terjatuh atas apa yang sudah aku lakukan
apa yang aku lakukan ? sungguh aku tidak melakukan apa-apa
semua mengalir begitu saja, perasaanku dengan keangkuhanmu


dari aku

almas

Tuesday, January 10, 2017

melody senduku

pernahkah kau merasa dikhianati
semua yang kau kerjakan 
dan mendapat predikat baik
berakhir mengenaskan
lalu apa yang bisa kau perbuat
kau hanya bisa meratapinya
mungkin pikiranku sesempit ini 
hingga hanya itu yang bisa kuperbuat

harapanku terakhir sia-sia
jatuh dan benar-benar jatuh
terdiam membeku tak percaya
lemas hingga mengacuhkan lainnya
meratapi dan berakhir sama
wanita hanya bisa berbicara
lewat air mata



by
almas


Wednesday, January 4, 2017

Thank You 2016

Thanks for 2016 - walaupun telat, tapi it's okay for me. Dari pada enggak sama sekali. So, yaaah. Throwback for a few days ago. Tahun 2016 memberikanku banyak kekuatan untuk melangkah lebih maju selangkah, dua langkah atau tiga langkah sekaligus ke depan. Faktanya bukan aku saja, tetapi semua orang. Dalam situasi dan kondisi yang berbeda-beda tanpa kita sadari. 

The first adalah perjuangan. 

"Benar kata rahmad kalo kita harus menghabiskan bagian gagal 
untuk mendapatkan bagian sukses kita"

Semua orang pasti berencana tidak untuk gagal. Tapi faktanya kita harus berkali-kali gagal untuk sekali keberhasilan. Untuk aku, dan angkatanku atau 3 tahun, 6 tahun di bawahku atau berapa tahun dariku. what ever. Pasti ngalamin deh hal kayak gitu. Aku kita milih itu gampang, tinggal pilih ini itu sana sini. Kenyataannya ZONK. karena yang kita pilih nggak selalu memihak kita. Ini aku alami saat berkali-kali daftar perguruan tinggi negeri dan sekolah tinggi ikatan dinas. Aku akui kalau anak SMK pasti kalah saing sama anak SMA kalo soal tes seleksi kayak gitu dan aku akui juga aku salah pasang target. Kami berani menjadikan angan-angan kami sebagai pilihan tanpa harus berkaca terlebih dahulu. Bisa dibilang beranilah kalo soal kayak gini. Karena apa, saudaraku yang anak SMA aja takut berangan-angan tinggi sehingga dia memilih pilihan yang sesuai kemampuannya. Tapi dia berhasil. Dia memilih pilihan yang menurutku mempunyai daya peminat yang rendah, and she got it. Mungkin, aku terlalu sombong tanpa harus berkaca terlebih dahulu dan mengandalkan keajaiban wkwk. Dan juga belum punya persiapan maksimal, planning yang amburadul, juga kurangnya sosialisasi tentang itu.

"pernyataan terpentingnya bukan berapa kali kita gagal, melainkan 
berapa kali kita bangkit lagi, lagi, dan lagi setelah gagal tersebut.
Jika kita gagal 1000c, maka pastikan kita bangkit 1001x"
Tentang Kamu - Tere Liye

Kedua, ternyata orang tua itu super sekali. 

"Menghindar itu adalah kebenaran dari pendekatan yang tak sadar. 
Karena semakin kita menghindar, maka semakin pula kita didekatkan."

Bermula saat ibuku yang menyuruhku untuk menetap di malang dan meneruskan pilihan yang sejalan dengan sebelumnya, it's mean jurusanku di SMK. Ibu memilih agar aku kuliah dan mendalami dunia pendidik. Dan aku berargumen menolaknya, karena aku ingin kerja. Yaa, kerja setelah SMK adalah planningku saat akhir SMP. Tapi ternyata, gagal. It's okay aku enggak kerja. Tapi aku kuliah nggak mau di Malang. So yaaa, aku daftar di universitas yang letaknya itu nggak di Malang. Berkali-kali aku mencoba tes seleksi dan berkali-kali itu juga aku ditolak. finally, hasilnya nothing. Aku nggak dapat apa-apa. The next, i follow her and i got it. Aku langsung terisak dan memeluk mereka berdua. Lalu bersyukur, mungkin aku memang ditakdirkan untuk mengikuti pilihan mereka. Awalnya aku berkali-kali menyepelekan dan nyatanya hal yang tadinya sepele memukul pikiranku. Hal yang kamu anggap sepele, ternyata akan turut membantumu. Dan inilah takdirku.

Ketiga, masa transisi.

"Lingkungan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan individu"

Berubah itu nggak secepat yang dilakukan power ranger. Nggak secepet membunuh nyamuk, Nggak secepet rapper, Nggak secepet roket meluncur. Banyak orang bilang kalo semua butuh waktu. Iya emang semua itu bener. Sulit nggak sih kamu ngelepasin orang-orang yang udah seperti kakak adikmu sendiri. Dan harimu tak lepas dari orang-orang itu bahkan disetiap detiknya kamu habiskan dengan orang-orang itu saja. Sehingga tiba saatnya kamu saling pergi, itu akan sangat merasa kehilangan. Seharian aku nangis, nggak tau ini terlalu berlebihan atau nggak. Yang jelas pagi hari temanku pamit untuk menjalani kehidupan baru dan bergelut sesuai keinginan dan harapan mereka, aku terisak berulang kali, aku mengingat setiap pertemuannya, setiap kata yang kami ucapkan saat kami sama-sama canggung, saat kami bertukar nomor telepon, bertanya dimana kosmu, kelas apa, asal mana, kenal ini kenal itu. Iya semua aku ingat. Ingat ketika kami harus selalu menyapa satu sama lain, sama-sama ditempa, sama-sama dilecehkan, sama-sama dibully, sama-sama dibentak yang semua itu hanyalah kebohongan, aku ingat. Aku ingat saat kita sama-sama melakukannya terhadap adik tingkat kita. Aku ingat kejadian yang sangat menghebohkan di sekolah kita, yang ternyata gara-gara teman kita sendiri. Aku ingat, iya aku ingat. Berulangkali kata-kata pamit terucap, berpuluh-puluh kali juga aku terisak, hidung merah, mata merah, sembab besar. Seharian aku menangis, dan seketika itu mengangis menjadi hobiku sewaktu-waktu. Oke karena nggak selamanya kita akan berada pada tingkatan yang sama. Maka, kami harus saling mengikhlaskan. Berlalunya waktu, tiba saatnya aku memulai sesuatu yang baru pada tingkatan yang lebih tinggi lagi. Jadi yaa, sekarang aku mencapai tingkatan paling atas dari pelajar yaitu mahasiswa. Dan bicara tentang lingkungan, aku senang dapet teman seoffering kayak gini, kita cepat membaur. kita kompak. kesana kemari kita bergerombolan. Satu yang kuingat ketika awal masuk ke offering kami. selepas kita nggak ada jam. kami makan. Dan disitu kejadian yang tak kulupa berawal dan berakhir wkwk. Faktanya, beda tempat beda kebiasaan. Kebiasaan yang di SMKku dulu selalu dinomorsatukan. Kini di perkuliahanku, jarang menemukan kebiasaan itu. Aku nggak akan menyebutkan. Yang pasti pandai-pandai memilih teman yang akan ikut membawa kamu ke masa yang cerah. bukan bermaksud membeda-bedakan. Yang pasti berteman bener sama siapa aja, yang jelas kejelekannya nggak usah dijadiin alasan untuk kita ikut-ikutan kayak gitu. 

Finally, it's secret. So yaaaaa, Finish . . .


Thanks


Almas