Wednesday, January 4, 2017

Thank You 2016

Thanks for 2016 - walaupun telat, tapi it's okay for me. Dari pada enggak sama sekali. So, yaaah. Throwback for a few days ago. Tahun 2016 memberikanku banyak kekuatan untuk melangkah lebih maju selangkah, dua langkah atau tiga langkah sekaligus ke depan. Faktanya bukan aku saja, tetapi semua orang. Dalam situasi dan kondisi yang berbeda-beda tanpa kita sadari. 

The first adalah perjuangan. 

"Benar kata rahmad kalo kita harus menghabiskan bagian gagal 
untuk mendapatkan bagian sukses kita"

Semua orang pasti berencana tidak untuk gagal. Tapi faktanya kita harus berkali-kali gagal untuk sekali keberhasilan. Untuk aku, dan angkatanku atau 3 tahun, 6 tahun di bawahku atau berapa tahun dariku. what ever. Pasti ngalamin deh hal kayak gitu. Aku kita milih itu gampang, tinggal pilih ini itu sana sini. Kenyataannya ZONK. karena yang kita pilih nggak selalu memihak kita. Ini aku alami saat berkali-kali daftar perguruan tinggi negeri dan sekolah tinggi ikatan dinas. Aku akui kalau anak SMK pasti kalah saing sama anak SMA kalo soal tes seleksi kayak gitu dan aku akui juga aku salah pasang target. Kami berani menjadikan angan-angan kami sebagai pilihan tanpa harus berkaca terlebih dahulu. Bisa dibilang beranilah kalo soal kayak gini. Karena apa, saudaraku yang anak SMA aja takut berangan-angan tinggi sehingga dia memilih pilihan yang sesuai kemampuannya. Tapi dia berhasil. Dia memilih pilihan yang menurutku mempunyai daya peminat yang rendah, and she got it. Mungkin, aku terlalu sombong tanpa harus berkaca terlebih dahulu dan mengandalkan keajaiban wkwk. Dan juga belum punya persiapan maksimal, planning yang amburadul, juga kurangnya sosialisasi tentang itu.

"pernyataan terpentingnya bukan berapa kali kita gagal, melainkan 
berapa kali kita bangkit lagi, lagi, dan lagi setelah gagal tersebut.
Jika kita gagal 1000c, maka pastikan kita bangkit 1001x"
Tentang Kamu - Tere Liye

Kedua, ternyata orang tua itu super sekali. 

"Menghindar itu adalah kebenaran dari pendekatan yang tak sadar. 
Karena semakin kita menghindar, maka semakin pula kita didekatkan."

Bermula saat ibuku yang menyuruhku untuk menetap di malang dan meneruskan pilihan yang sejalan dengan sebelumnya, it's mean jurusanku di SMK. Ibu memilih agar aku kuliah dan mendalami dunia pendidik. Dan aku berargumen menolaknya, karena aku ingin kerja. Yaa, kerja setelah SMK adalah planningku saat akhir SMP. Tapi ternyata, gagal. It's okay aku enggak kerja. Tapi aku kuliah nggak mau di Malang. So yaaa, aku daftar di universitas yang letaknya itu nggak di Malang. Berkali-kali aku mencoba tes seleksi dan berkali-kali itu juga aku ditolak. finally, hasilnya nothing. Aku nggak dapat apa-apa. The next, i follow her and i got it. Aku langsung terisak dan memeluk mereka berdua. Lalu bersyukur, mungkin aku memang ditakdirkan untuk mengikuti pilihan mereka. Awalnya aku berkali-kali menyepelekan dan nyatanya hal yang tadinya sepele memukul pikiranku. Hal yang kamu anggap sepele, ternyata akan turut membantumu. Dan inilah takdirku.

Ketiga, masa transisi.

"Lingkungan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan individu"

Berubah itu nggak secepat yang dilakukan power ranger. Nggak secepet membunuh nyamuk, Nggak secepet rapper, Nggak secepet roket meluncur. Banyak orang bilang kalo semua butuh waktu. Iya emang semua itu bener. Sulit nggak sih kamu ngelepasin orang-orang yang udah seperti kakak adikmu sendiri. Dan harimu tak lepas dari orang-orang itu bahkan disetiap detiknya kamu habiskan dengan orang-orang itu saja. Sehingga tiba saatnya kamu saling pergi, itu akan sangat merasa kehilangan. Seharian aku nangis, nggak tau ini terlalu berlebihan atau nggak. Yang jelas pagi hari temanku pamit untuk menjalani kehidupan baru dan bergelut sesuai keinginan dan harapan mereka, aku terisak berulang kali, aku mengingat setiap pertemuannya, setiap kata yang kami ucapkan saat kami sama-sama canggung, saat kami bertukar nomor telepon, bertanya dimana kosmu, kelas apa, asal mana, kenal ini kenal itu. Iya semua aku ingat. Ingat ketika kami harus selalu menyapa satu sama lain, sama-sama ditempa, sama-sama dilecehkan, sama-sama dibully, sama-sama dibentak yang semua itu hanyalah kebohongan, aku ingat. Aku ingat saat kita sama-sama melakukannya terhadap adik tingkat kita. Aku ingat kejadian yang sangat menghebohkan di sekolah kita, yang ternyata gara-gara teman kita sendiri. Aku ingat, iya aku ingat. Berulangkali kata-kata pamit terucap, berpuluh-puluh kali juga aku terisak, hidung merah, mata merah, sembab besar. Seharian aku menangis, dan seketika itu mengangis menjadi hobiku sewaktu-waktu. Oke karena nggak selamanya kita akan berada pada tingkatan yang sama. Maka, kami harus saling mengikhlaskan. Berlalunya waktu, tiba saatnya aku memulai sesuatu yang baru pada tingkatan yang lebih tinggi lagi. Jadi yaa, sekarang aku mencapai tingkatan paling atas dari pelajar yaitu mahasiswa. Dan bicara tentang lingkungan, aku senang dapet teman seoffering kayak gini, kita cepat membaur. kita kompak. kesana kemari kita bergerombolan. Satu yang kuingat ketika awal masuk ke offering kami. selepas kita nggak ada jam. kami makan. Dan disitu kejadian yang tak kulupa berawal dan berakhir wkwk. Faktanya, beda tempat beda kebiasaan. Kebiasaan yang di SMKku dulu selalu dinomorsatukan. Kini di perkuliahanku, jarang menemukan kebiasaan itu. Aku nggak akan menyebutkan. Yang pasti pandai-pandai memilih teman yang akan ikut membawa kamu ke masa yang cerah. bukan bermaksud membeda-bedakan. Yang pasti berteman bener sama siapa aja, yang jelas kejelekannya nggak usah dijadiin alasan untuk kita ikut-ikutan kayak gitu. 

Finally, it's secret. So yaaaaa, Finish . . .


Thanks


Almas

No comments:

Post a Comment